"Penurunan lulusan UN itu merupakan masalah besar dan perlu dilakukan pengkajian dan penelitian secara khusus untuk mengetahui faktor penyebabnya, supaya kita jangan terus terjebak dalam masalah yang sama setiap tahunnya," kata Yusuf Azis kepada Serambi, Senin (16/6) kemarin ketika dimintai pendapat dan analisanya mengenai menurunnya jumlah lulusan UN di Aceh pada tahun ajaran 2008 ini dari 87 persen tahun lalu menjadi 77,98 persen.
Langkah pengusutan pertama yang perlu dilakukan, menurutnya, kita perlu memeriksa dokumen APBK kabupaten/kota, apakah anggota legislatif dan bupati/walikotanya sudah mengalokasikan anggaran yang cukup untuk peningkatan mutu pendidikan di daerahnya. "Fakta yang ditemukan selama ini, masih banyak kabupaten/kota yang mengalokasikan anggaran untuk pembiayaan peningkatan mutu pendidikan di daerahnya sangat rendah," kata Yusuf Azis.
Selain itu, tambahnya, penyaluran bantuan dana block grand dari APBA, dana alokasi khusus (DAK) Pusat untuk pendidikan dan dana bantuan operasi sekolah (BOS), yang disalurkan kepada setiap sekolah di kabupaten/kota, tampaknya belum sepenuhnya digunakan untuk meningkatkan mutu pendidikan. "Banyak informasi yang kita dengar, baik yang disampaikan oleh komite sekolah, wali murid, maupun dari kalangan masyarakat peduli pendidikan, ternyata masih banyak yang diselewengkan," katanya.
Meski demikian, sebut Yusuf Azis, menurunnya perentase kelulusan UN di Aceh tahun ini, jangan diartikan langsung bahwa mutu pendidikan kita telah menurun dari tahun lalu. "Alasan, besaran nilai kelulusan tahun ini mencapai 5,25 itu lebih besar dari nilai kelulusan tahun lalu cuma 4,2. Atau tahun lalu, persentase kelulusan UN nya besar, mungkin ada soal UN yang dikerjakan bergotongroyong oleh sekelompok guru, kemudian memberikan jawaban kepada anak didiknya yang sedang mengikuti UN," pungkasnya.
Tidak lulus
Sementara itu, akibat ketiadaan guru bidang studi untuk mengajar, 122 murid dari lima sekolah menengah atas, di Aceh Tamiang dilaporkan "berkabung", karena tidak satu pun siswanya lulus UN. Dari 1.412 murid tingkat menengah di Tamiang yang lulus UN hanya 648 orang atau 48,44 persen, selebihnya tidak lulus.
Kepala Dinas Pendidikan Aceh Tamiang Drs Efendi, melalui Kepala Bidang Pendidikan Menengah (Kabid Dikmen) Drs Kamaruddin, kepada Serambi, Senin (16/6) kemarin mengatakan, sekolah yang myridnya tidak lulus satupun, SMA 5 Kejuruan Muda, jurusan IPS sebanyak 60 orang, MAS Nurul Iman Desa Seumadam, Jurusan IPA 21 orang, SMA Swasta Almunawar di Kecamatan Tenggulun Jurusan IPS 20 orang dan MAS Iklas Desa Blangkandis, Kecamatan Bandara Pusaka jurusan IPS 20 orang.
Menurut Kamaruddin, secara umum faktor yang menyebabkan murid tidak lulus karena terbatasnya guru bidang studi yang dimiliki sekolah untuk mengajar para murid. Khusus jurusan IPS, Aceh Tamiang kekurangan guru bidang studi geografi. "Dari sejumlah sekolah tingkat menengah yang ada, Tamiang hanya memiliki enam guru bidang studi Geografi, padahal layaknya memiliki 19 orang," ujarnya dan menambahkan, sedangkan bidang studi sosiologi, pihaknya sama sekali tidak memiliki guru. Begitu juga dengan guru bidang study matematika kekurangan 11 oarang guru dari 37 guru yang ada saat ini. Kemungkinan lain yang menyebabkan murid tidak lulus karena minimnya fasilitas yang dimiliki sekolah untuk meningkatkan kualitas belajar murid, namun penyebab yang pasti, kenapa semua murid yang ada di sekolah tersebut tidak lulus, dinas akan menurunkan tim dari hasil tersebut baru diketahui apakah faktor lingkungan, sekolah, guru atau siswa yang menyebabkan satu pun siswa tidak lulus.
Paling buruk
Sementara itu Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Drs Mohd Ilyas Wahab kepada Serambi, Senin (16/6) malam tadi, mengakui sebanyak 18 sekolah untuk kelompok IPS yang muridnya tidak lulus satu orang pun dalam UN, hal yang sama juga terjadi pada 12 sekolah untuk kelompok IPA.
"Berdasarkan kelompok belajar (IPA dan IPS) sebanyak 30 sekolah tingkat menengah atas (SMA/MA) dan dua SMK di Aceh tercatat paling buruk tingkat kelulusan dalam ujian nasional (UN) tahun ini. Karena tidak satupun siswanya yang lulus UN," kata Ilyas Wahab.
Menurut Ilyas, berdasarkan hasil pengamatan sementara semua sekolah sekolah yang mutu lulusan UN sangat rendah, merupakan sekolah yang pengelolaannya sangat buruk. "Coba lihat sekolah yang dikelola dengan baik dan partisipasi masyarakatnya maksimal, itu tingkat kelulusannya rata-rata di atas 80 persen," katanya.
Meskipun begitu pihaknya, dalam waktu dekat ini akan segera mencari akar permasalahan. Untuk memecahkan persoalan dan sekaligus mencari penyebabnya, maka ia akan segera memanggil seluruh kepala sekolah yang tingkat kelulusan siswanya di bawah angkat 40 persen. "Termasuk kita meminta masing-masing kepala sekolah tersebut untuk membuat program kerja untuk peningkatan mutu di sekolahnya masing-masing," katanya.(her/md/sup)
(Sumber: Serambi Indonesia, 17 juni 2008) Email Print